Monday 19 May 2014

Menuju Gunung (2)

HELL.o

Setelah pembahasan sebelumnya tentang persiapan menuju gunung disini, sekarang ada persiapan lain yang butuh dibahas juga.

Naik gunung boleh jadi sarana olahraga untuk melatih banyak organ tubuh, ya gimana enggak? Otak dipakai buat manajemen waktu. Kaki dipakai buat mendaki hingga ke puncak. Tulang punggung membawa carrier seberat karung beras yang cukup untuk mencegah osteoporosis. And so on.. so on..

Emangnya kuat?

Nah ini!!!
Sekedar mengingatkan akan prestasi daku di jaman muda dulu nih, sebagai juara lomba lari tingkat SLTP se-Kotamadya Jakarta Selatan, tentu bisa dijadikan modal untuk naik gunung lah.. Belum lagi sebagai MVP di liga basket jaman Sekolah Dasar, tentu membuat daku semakin percaya diri menghadapi segala rintangan fisik yang menanti. Walaupun kelihatannya badan nggak bergizi, tapi stamina jangan ditanya..
TAPI ITU KAN DULU!!!

Sekarang, apa kabar dunia? Dengan kesibukan bekerja dan jarang olahraga, tentu saja stamina mulai menurun. Terakhir aktif berolahraga adalah jaman SMA. Oh My God. Gimana ini?

Sebulan sebelum naik gunung ini, saya menyibukkan diri dengan jogging. Setiap weekend, saya berjanji untuk bangun pagi dan bergegas untuk lari di dalam komplek rumah.

Itu janjinyaaa, kenyataannya ternyata saya sering ingkar. Sekalinya jogging, selalu diakhiri dengan semangkok soto mie Bogor, oke ditambah setengah porsi nasi putih, iyaaa oke deh plus minum teh tawar. Oh tuhan ampuni hamba..

Karena jogging di weekend kurang sukses, saya menyiasati dengan jalan kaki setelah pulang kerja. Nah, yang ini cukup efektif. Rute yang saya lalui adalah Jl. HR. Rasuna Said hingga ke Stasiun Sudirman, cukup lah, ada tanjakan juga dan banyak lampu dari gedung-gedung bertingkat yang caem.

Practice makes perfect. Pergi ke gunung perlu persiapan fisik juga kan?

Selain fisik, mental tentu tak kalah penting. Banyak browsing kadang menjadi bumerang buat saya. Kok ternyata gini? Duh, kenapa gitu sih? OMG kok berat amat ya? Begitu sih kira-kira yang muncul dalam pikiran.

Nggak perlu dilawan, apalagi dibantah. Memang pada dasarnya ini harus dilalui kan? Oke, sekarang cari tahu lah kira-kira baiknya gimana. Saya pun banyak berdoa dan ditambah banyak mendengar cerita pengalaman orang lain.

Ini kali pertama, mungkin tidak sempurna, tapi berusaha semaksimal mungkin yang kita bisa!

See you at the top.
H-2.

see you in HEAVEN.





Monday 12 May 2014

Menuju Gunung (1)

HELL.o

Beberapa hari yang lalu seorang sepupu mengirimkan pesan singkat yang isinya menawarkan hal menarik. Bukan mengajak ikut seminar menjadi kaya atau menawarkan pinjaman uang tanpa bunga kok *ini apa sih kok salah topik banget*, anyway.. Dia menawarkan untuk NAIK GUNUNG!

Tanpa pikir panjang, saya langsung meng-IYA-kan! Selanjutnya dia menjelaskan bahwa kita akan tergabung dalam satu grup yang isinya sekitar 6-7 orang kalau nggak salah. Dan termasuk di dalamnya ada perempuan, jadi saya nggak perlu khawatir akan kesepian nggak ada teman perempuan. Hahaha ya mendengar penjelasan itu saya cukup senang juga, tapi walaupun dia nggak menyampaikan itu, saya (boleh jadi) akan tetap ikut! Ini kan salah satu keinginan terbesar, kapan lagi!!!

Besoknya, langsung memikirkan strategi untuk cuti. Kira-kira mood si boss lagi bagus nggak? Berapa hari sisa annual leave daku? Kyaaa..kyaaa.. Jadi terlalu bersemangat. Tapi apa benar nih, naik gunung se-simple itu?

JENG JENG JENG JENG..
Cuti sudah diterima, tiket sudah dibeli. Lantas, sudah tau apa tentang gunung dan pendakiannya? NOL!
Hahahahaha, ini dia nih saat paling mendebarkan, browsing!

Setelah beberapa kali blog walking, mental agak goyah yaaa.. Kenapa? Karena ternyata banyak hal yang tidak saya pikirkan tapi ternyata kenyataannya berat! OMG

Beberapa hal tersebut adalah :
1. Di gunung ada 3 penyakit mematikan, yaitu : Hipotermia, dehidrasi, dan Mountain sickness
2. Ada kemungkinan ketemu sama binatang buas, misalnya : babi hutan, harimau dan ular!
3. Nggak ada toilet! Jadi kalau mau BAB harus bawa cangkul.. Kita mesti bikin lubang dan tutup lagi.

Hahahahahahahahahahahaha!!!!
Asli deh, sebelumnya nggak pernah kepikiran kesana sebelumnya. Tapi tekad sudah bulat, genderang sudah tertabuh, langkah sudah berderap, dan yang paling penting sih.. cuti sudah diambil! :))

Persiapan lainnya, nggak kalah seru!
Beberapa perlengkapan seperti sleeping bag, matras, kompor kecil dan senter saya memang sudah ada, tapi yang lainnya? Nggak punya sama sekali. Mau minjem juga kayaknya susah. Ya sudahlah ya, beli saja! Untung punya cadangan dana nikah, dipake dulu gak dosa lah ya? *eh

Anyway, pergi ke gunung memang salah satu keinginan terbesar dalam hidup *benerinjilbab* hahaha, dulu jaman SMP masih camping, satu-satunya yang bawa sleeping bag dan carrier cuma saya. Masuk SMA, kebetulan ada grup pecinta alam yang menarik perhatian.. Tapi ternyata keinginan itu nggak sejalan dengan cinta monyet jaman SMA, kata si pacar nggak usah ikut yang begituan deh.. Nanti lecet! hahahhaha kalau ingat itu rasanya lucu juga.. Dan ternyata latihannya nggak main-main.. Salut banget lah sama kawan-kawan SMA dulu!

Sepupu juga mengingatkan, gunung sekarang ramai. Seingat saya sih semenjak dulu ada serial Jejak Petualang itu memang membuat rasa kagum sama alam Indonesia mulai memuncak *apapulabahasague*. Iya, jadi sekarang mungkin kalau naik gunung bisa dianggap ikut-ikutan korban film juga. Hahaha. Saya sih nggak terlalu fokus sama itu, yang penting kita ikuti aturan mainnya dan menjaga kelestarian alamnya.

Jangan meninggalkan apapun selain jejak
Jangan ambil apapun selain gambar/foto
Jangan membunuh apapun kecuali waktu

H-10 nih :)
see you in HEAVEN.





Wednesday 7 May 2014

Harga Sebuah Karya

Pagi ini rasanya ada yang menggelora di dada, jiyaelah.. Di pikiran juga sih sebenernya. Nggak terasa, hampir 4 tahun bekerja di sebuah perusahaan swasta, tapi kok rasanya belum punya apa-apa ya? Apa ada yang salah?

Pemikiran ini sebenarnya sudah muncul dari beberapa waktu yang lalu, saat lagi ngitung-ngitung harta dunia (yang nggak seberapa itu! kekekeke) sehubungan acara lapor pajak tahunan. Dari mulai kerja sampai sekarang, bentuk SPT rasanya kok belum berubah juga ya. HUFT!

gambar diambil dari sini

Sekedar mengingatkan, gambar di atas adalah SPT 1770 SS, SPT ini hanya dipakai oleh Wajib Pajak yang memiliki penghasilan kurang dari 60 juta setahun dan berasal dari satu pemberi kerja. Lain lagi kalau SPT 1770 S, SPT ini dipakai oleh Wajib Pajak yang penghasilannya sudah lebih dari 60 juta setahun dan atau jika penghasilannya didapat dari 2 pemberi kerja atau lebih. Nah, satu lagi SPT 1770 itu dipakai oleh Wajib Pajak yang memiliki usaha sendiri. Bisa di cek ke PER DJP nomor PER - 34/PJ/2010 (masih inget nih pelajaran pas kuliah :p)

TAPI YA ANYWAY, NGGAK MAU KONSULTASI TENTANG PERPAJAKAN KOK SEKARANG! *maap capslock kepencet otomatis* haha, sudah ribuan blog lah yang bisa menjabarkan perpajakan Indonesia saat ini.

Selama bekerja, apapun profesinya, kira - kira sudah punya apa dari situ? Mobil, rumah, atau yang lainnya? Apa benar memang itu tujuan kita? Kalau sudah punya itu semua, lantas mau apa? Nah, sebenarnya bukan itu fokusnya. Ada yang lebih bikin dada menggelora.

Apa karya kita yang sudah dihasilkan? Bagaimana hasilnya buat lingkungan sekitar? Atau minimal, gimana menjalankannya? Sudah puas belum?

Ribuan pertanyaan sudah ada dalam hati, tapi entah kenapa si otak kok diam saja? Apa yang sebenarnya kita ingin capai dalam hidup ini ya?

Saya yakin nggak sedikit dari kita yang sudah mengabaikan suara hati dalam diri dengan alibi untuk mencukupi kebutuhan keluarga (baca : duniawi!). Tapi ada juga yang mau bayar harganya dengan memperoleh sedikit tapi bisa berkarya banyak.

Banyak hal yang ingin kita capai namun ada keterbatasan. Misalnya si pecinta fotografi yang nggak punya kamera karena merasa hal tersebut terlalu mewah untuk dilanjutkan lantaran kebutuhan makan dan masa depan yang nggak sedikit. Boro-boro buat beli kamera, mau renovasi rumah aja udah eungaaap (eungap artinya sesak, diambil dari bahasa Sunda :p).. Belum lagi buat nabung masa depan, kan harus punya dana pensiun, JADI GIMANAAAAA?

Salah satu solusinya yaa, tetep beli kamera tapi nyicil! Oh oke bercanda, eh tapi setengah serius loh itu. Oke nggak beli kamera SLR deh, beli pocket camera, deh! Oke kali ini serius.. gimana kalau pakai hp aja? Iyaaa.. hempon jaman sekarang udah canggih bingitss kakak! Kita bisa maksimalkan dari situ.

"If there is a will, there is a way. If there is no way? Let's make a way!"

Hasil karya kita yang asalnya dari hati mungkin bisa jadi manfaat buat orang lain. Jadi kenapa takut buat bayar harganya?

see you in HEAVEN.