Tuesday 27 August 2013

Lain Kereta Lain Budaya

HELL.o

Setelah menempuh hidup baru sebagai sarjana muda, saya merasa perlu untuk membagi kabar bahagia tersebut disini. hahaha senang sekali akhirnya bisa menyelesaikan perkuliahan yang sempat simpang siur karena hampir satu tahun bikin skripsi oracle (baca : orekel, ora kelar-kelar).. yuhuuu akhirnya I made it! Alhamdulillaaaaah..

Yang mau dibahas kali ini bukan issue tentang kelulusan sih, lagi-lagi cerita sehubungan dengan kereta. Moda transportasi favorite saya karena murah dan (konon katanya) cepat .

Ceritanya, beberapa bulan ini saya tinggal di rumah uwa (kakaknya Ibu dalam sebutan bahasa Sunda) yang berada di superblok Ciputat *eh Ciputat superblok bukan sih? :))*. Permasalahan transportasi ngga menjadi masalah karena ada stasiun Sudimara sebagai stasiun terdekat. Jaraknya pun dapat ditempuh hanya dalam 10 menit dengan motor dan dengan asumsi saya yang mengendarai hehe.

Sebagai cewek kece yang sudah biasa naik kereta, saya merasa ngga akan merasa kesulitan dalam mengikuti kejamnya dunia kereta wilayah Serpong karena pegangan saya kuat, saya terlatih dengan cobaan dari dorongan kekuatan Ibu-ibu stasiun Depok Baru yang saya yakini bahwasanya mereka sarapan dengan satu kaleng tuna mackerel, sehingga tulang menjadi kuat. *sungkem sama tante-tante Depok*

Setelah melakukan 'balapan liar' sepanjang jalan di Ciputat, akhirnya saya sampai juga di stasiun Sudimara. Saya terkejut-kejut. Stasiunnya tidak sama dengan stasiun Cilebut (stasiun yang biasa saya pakai untuk naik kereta wilayah Bogor) karena memiliki tiga sepur. Saya selalu menganggap bahwa stasiun yang memiliki lebih dari dua sepur, termasuk stasiun besar yang memiliki penumpang bejubel (kayak Depok Baru gitu, ahahaha lagi-lagi Depok). Oke lah, saya siap berjuang!

Sembari menunggu kereta, saya berjalan ke peron arah Tanah Abang dan sempat ditawari untuk semir sepatu! *wah apapula ini, di Cilebut gak adaaaaa :))* canggih juga ya, karena ternyata ngga cuma satu dua orang yang menawarkan, tapi banyaaaak sekali, bahkan mereka ada yang duduk beregu diujung peron. Ini sesuatu yang baru, at least buat saya..

Akhirnya saya memutuskan untuk menunggu di depan papan Stasiun Sudimara, posisi ini saya rasa cukup untuk masuk dalam gerbong wanita. Kereta belum datang, yasudah mainan hempon aja deh (kebiasaan buruk sih sebenernya, ngga perlu dicontoh), ehhh ada ibu-ibu menyapa "Assalamualaikum mba", saya pun nengok dengan senyuman seraya menjawab, "iya ibu, Alaikumsalaaaamm...." kemudian hening. Lah kirain ibu siapaaa gitu ya yang kenal dan manggil, oh ternyata dia minta sedekah.. yaaaaaahhh salah toh eike. hahahha habisnya sejak penertiban yang kemarin sempat ramai itu, saat ini di Cilebut sudah bersih dari (maaf) pengemis dan pedagang. Semua ngga boleh masuk. Ternyata di Sudimara, ini tidak berlaku yah? *catet dalam hati*

Kereta datang, semua senang, semua bersiap, semua ambil posisi. Ketika kereta berhenti di depan mata, semua bergegas masuk, dorong-dorongan sama, hahaha tetep kepingin banding-bandingin sama Ibu-ibu Depok Baru deh rasanya.. Sampai di pintu, ingin seruduk semua orang rasanya, gimana enggak? Semua bersikeras untuk berdiri lebih dekat sama pintu (mungkin maksudnya supaya lebih cepat keluar ya, ini kalo di Bogor udah diteriakin semua orang nih hahahha), alhasil wilayah tengah lengang sementara di belakang masih penuh orang yang belum berhasil memasukkan dirinya ke dalam gerbong, dorongan itu datang. Ah, udah biasa! udah terlatih. Aku bisa, aku bisa, aku bisa! Bisa gilaaaa *___*

Udah sampe di dalam kereta, kok keretanya ngga berangkat juga.. OH! Ternyata mau disalip sama kereta lain.. ting tong ting tong ting tong ting tong.. jreeeeeng keretanya lewat.. Lah! Yang nyalip kereta penumpang, hahaha kereta yang tampilannya gak kece! Berani-beraninya dia nyalip Commuter Line!!! FYI, kereta penumpang dari Bogor yang satu-satunya saya tau itu KRD Bumi Geulis, tapi di kawasan Serpong ini ternyata kereta ekonominya yang kayak gitu *baru tau*

Setelah disalip beberapa saat, si kepala stasiun mengumumkan kalo kereta yang saya tumpangi sudah siap untuk diberangkatkan kembali. Ok. Kereta berangkat, semua semangat! (at least saya deh yang senang hahaha). Sampai di beberapa stasiun pemberhentian saya memang merasa ada yang janggal dengan kereta ini. Apa yaaaa? Ternyata, memang pak masinis di wilayah ini cukup bersabar dalam menurunkan penumpangnya. Lamaaaa bangeeet berhenti di setiap stasiunnya. Entah hal tersebut merupakan penyebab atau malah sebagai akibat dari penumpang yang banyak. Di dalam gerbong, biasanya kalau sudah mau nyampe stasiun tujuan, biasanya kita berebut buat minta dekat-dekat sama pintu bahkan sampe bilang permisi mau turun, karena kalau ngga gitu.. bisa-bisa kita ketinggalan turun dan malah ikut ke stasiun berikutnya! Kacauu.. Kebiasaan disini ngga gitu, saya ingat betul, ada ibu-ibu yang mau turun di stasiun Palmerah, sementara kereta belum berhenti dan pintu belum terbuka, dia masih asyik masyuk dengan hemponnya sambil duduk, pas pintu kereta terbuka.. barulah dia bangkit berdiri dan minta jalan untuk keluar. What the...?

Lain padang lain belalang, sama kayak di kereta juga gitu. Lain kereta, lain budayanya. Tanpa bermaksud membanding-bandingkan, hanya saja memang kalau kita pergi kemana-mana kan harus ngikutin daerahnya, ngikutin budayanya, biar selamat! Boleh jadi juga ini sebagai gambaran perkereta-apian Jabodetabek, seru kan! hahahha.

Sudah hampir sebulan saya naik kereta dari stasiun Sudimara dan mengakhiri perjalanan di stasiun Sudirman. Keduanya menuntut ke-SUDI-an untuk selalu bersabar, bersyukur dan menikmati perjalanan yang dilalui. hehe. Saat ini saya sudah mulai terbiasa dan melakukan penyeleksian budaya. Tetep ambil yang bagus, yang ngga bagus kasih tikus.


Terakhir, saya kasih tips dan trik naik kereta dari maupun menuju Serpong :
1. Tidak semua kereta diberangkatkan dengan total 2 rangkaian 8 gerbong, boleh jadi hanya 6 gerbong. Artinya, kereta lebih pendek sehingga terkadang peron belakang ngga kebagian gerbong. Dengarkan instruksi dari stasiun. Supaya kita ngga lari-lari 'ngejar' kereta karena salah persepsi.

2. Bila stasiun tujuan kita termasuk yang jauh atau bahkan stasiun terakhir pemberhentian, MASUK AJA KE DALAM, JANGAN DI PINTU! (maaf agak ngga santai, karena gemes bgt!), selain menyusahkan orang yang mau keluar masuk di stasiun terdekat maka kita bisa kesusahan sendiri akibat ditubruk orang.

3. Bila stasiun tujuan kita termasuk yang dekat, dalam artian hanya satu dua stasiun dari awal kita naik. Ngga ada salahnya untuk masuk ke dalam gerbong, ngga perlu bersikeras untuk 'STAY' di pintu. Nanti pas mau turun, minta permisi untuk dikasih jalan. Beruntungnya lagi, karena masinis ke arah Serpong memberhentikan keretanya lebih lama dibandingkan dengan masinis arah Bogor, jadi kita bisa lebih 'SANTAI' pas mau turun. Tapi harus tetap siaga ya!

4. Di beberapa stasiun, terkadang kedua sisi pintu terbuka. Pastikan dulu kita mau turun dimana, jangan sampai salah pintu. Nah, di salah satu sisinya, boleh jadi merupakan pintu yang ngga ada peronnya, alias tembusan dari sepur sebelah. Kalau sudah begini, yakin mau lompat? (cukup tinggi loh kalau di Sudimara) dan yang paling penting ketika mau lompat, pastikan bahwa tidak ada kereta dari arah berlawanan!

5. Selalu tengok kiri kanan ketika mau nyebrang di rel kereta. Fokus fokus fokus. Hindari volume tinggi pemakaian earphone, headset, headphone, atau watchmacallit lah.. Kita tetep keren kok nyebrang rel tanpa pakai begituan.. hahaha


See you in HEAVEN.