Thursday 21 August 2014

Jauh bau wangi. Dekat?

HELL.o

Di dalam pesawat, saya bersebelahan dengan seorang bapak setengah baya yang sedari awal penerbangan sibuk menunjuk-nunjuk layar sentuh yang ada dihadapannya. Hingga suatu waktu dia mengajak saya berdialog, menanyakan hendak kemana? Mau ngapain? Asalnya dari mana? Dan tidak ketinggalan apakah sudah berkeluarga? Pffft.

Mendengar jawaban saya, dia berujar seperti berikut. 
"Kalau training disana nggak usah dibagiin semua ilmunya, setengah aja mba". Mendengarnya saya jadi tertawa geli, yakali deh saya setengah-setengah jelasin aplikasi?

Sesampainya di tempat tujuan, saya menumpang pada sebuah taksi yang kebetulan dikendarai oleh penduduk asli. Pertanyaan yang hampir sama pun tergelincir dari ruang kemudinya. Dari mana? Mau ngapain? Apakah sudah berkeluarga? Saya hanya menjawab seperlunya dan diberi tambahan hahaha. Saya yang amat sangat ngantuk karena ikut penerbangan paling awal hari itu, benar-benar terbelalak ketika pak supir berkata dengan sinis, "terima kasih masih sudi mampir kesini".

Oh c'mon.. what is going on with this both guys?

**

Ada pepatah yang menyatakan bahwa tetangga adalah saudara yang paling dekat (sumber dari sini), tapi kadang karena terlalu dekat, malah menyebabkan adanya sensi-sensian. Not a good one, right?

Adanya kemiripan atau bahkan persamaan seharusnya membuat kita bisa bersatu. Perbedaan saja bisa bersatu, apalagi yang sama kan? Pernah dibayangkan nggak kalau kebersamaan tersebut akan membuat kita menjadi berkembang dan menghargai satu sama lain? Saling belajar dimana kekurangan masing-masing, sehingga yang lainnya bisa melengkapi. Membantu yang kekurangan dan mungkin dapat menolong yang sedang dalam kesulitan. Yah, kayak anak kembar gitu deh. hehehe.

Happy Independence :)
You two have a same birth month!


















see you in HEAVEN.