Tuesday 10 February 2015

Analogi Hidup dan Perjalanan Kereta

HELL.o

Judul bacaannya spektakuler ya, hampir lima menit ngerubah judul, tapi yang pas kayaknya ya ini aja..

Kalo sudah sering naik KRL di sekitar Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang dan Bekasi mungkin ngga asing lagi dengan kartu berikut ini :

sumber : tribunnews.com

yeay! kartu commet berlangganan yang konon dapat mempermudah kelancaran perjalanan kita, penggunaannya cuma tapping aja! Jangan lupa isi saldo dulu ya..

Perjalanan kereta dimulai dengan membeli tiket. WAJIB hukumnya bagi kita untuk menentukan stasiun mana kita akan turun, karena dari pernyataan itu akan menentukan berapa harga dari perjalanan kita saat itu.
Sesudah membeli tiket, selanjutnya kita tapping masuk ke dalam menuju peron yang sesuai dengan tujuan kita. Perjalanan belum dimulai.. ditunggu dulu ya kedatangan keretanya.. boleh jadi, seperti lagunya oom Iwan Fals.. Biasanya kereta terlambat, dua jam mungkin biasa.. (nah loooo.. gimana tuuuh?)
Ketika kereta tiba, rasa bahagia itu meluap dan kemudian seketika lenyap mengingat harus berdesakan masuk ke dalam kereta.. ayoooo semangaaaat!

Berhasil masuk ke dalam kereta yang penuh sesak merupakan salah satu pencapaian tersendiri, bagaimana tidak? ketika orang lain masih berebut untuk masuk, sementara saya sudah di dalam, itu ada rasa ketentraman karena bisa pulang :')

Selanjutnya, tinggal menikmati perjalanan pulang. Cerita selesai? belum dong.. Ketika kereta berangkat, peluit dibunyikan, masinis masuk persneling satu.. ada tarikan kuat yang mendorong kita. Campuran dari berat badan kita dan berat badan orang lain yang kadang 'bersandar' sama kita. Supaya ngga jatuh, tentu saja kita harus berpegangan atau memasang kuda-kuda sekuat tenaga..

Setelah berjalan beberapa saat, kita mulai bisa mengikuti irama kereta. Perjalanan berkelok-kelok kadang membuat kuda-kuda goyah, namun bukan alasan untuk kita jadi bersandar di punggung orang lain. hahaha

Sepanjang perjalanan, kita diberhentikan dibeberapa stasiun yang bukan menjadi tujuan kita, boleh jadi pada saat itu juga kita hampir jatuh karena dorongan orang lain, atau mungkin juga saat itu akan ada kereta lain yang 'nyalip' sehingga kita harus menunggu lama di stasiun tersebut.

Stasiun demi stasiun terlewati, padahal stasiun tujuan masih berada di beberapa persinggahan lagi. Setelah sesaknya kereta berkurang, kita mulai bisa sedikit bernapas. Namun tetap harus waspada kalau-kalau pak masinis melajukan kereta dengan kecepatan maksimal. Di saat lengang itulah, tiba-tiba ada suara panggilan dari seseorang. Ternyata teman lama yang sudah jarang berjumpa. Nggak nyangka ya bisa ketemu di kereta! hahaha. Beberapa saat ngobrol, ternyata dia sudah sampai di stasiun tujuannya dan mengajak kita turut bersamanya. Pilihannya ikut atau tidak?

Bila melanjutkan turun di tempat yang bukan tujuan kita, ada salah satu kendala yang mungkin muncul.. Tiket tujuan kita berbeda dengan tempat kita turun. Mungkin urusannya singkat saja, namun cukup mengurai tenaga. Belum lagi mampir ke rumah teman, pastinya membuat kita menjadi lebih lama mencapai tujuan. Banyak sekali ya cobaan. ahh, mungkin lebih baik lanjutkan sampai tujuan kita..

Hingga pada akhirnya kita sampai di stasiun tujuan kita.. Legaaaa rasanya, karena pada akhirnya kita bisa kembali 'pulang'. hahaha
Tapi satu hal terakhir ya, jangan lupa untuk lihat kiri kanan ketika melintasi rel kereta, siapa tau ada kereta berlawanan arah yang siap untuk menerjang kita..

Perjalanan hidup kayaknya bisa lah ya dimirip-miripin sama perjalanan kereta. (kenapa harus perjalanan kereta coba? ya karena keseharian saya disini, kalau anda naik TransJakarta mungkin juga ada ceritanya hehe)..

Beli tiket kereta dari awal itu kayak bikin plan di hidup kita. Dari awal kita harus tau tujuan kita apa ya? mau kemana? naik apa? bayarnya berapa? Kalau dari awal aja kita ngga tau mau kemana hidup ini dibawa, mungkin nyampe juga sih ke suatu tempat, tapi mungkin ngga sesuai dengan yang kita inginkan.

Tapping masuk ke dalam peron, menandakan kita akhirnya harus turun ke arena pertandingan. Kita harus melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Start with one step! Apapun itu, harus ada usahanya..

Selanjutnya berusaha masuk ke dalam kereta disini mirip dengan melihat peluang yang ada, ketika dia datang kita harus lekas ambil, karena kalau ngga cepet nanti ngga kebagian dan harus nunggu kereta selanjutnya. Ah, lama lagi dong!

Setelah berhasil dapat kesempatan masuk, kita tetap harus bisa mempertahankan yang sudah kita kembangkan. Kuda-kuda di kereta sangat penting, supaya kita ngga terombang ambing, apalagi sama orang lain yang suka gelendotan ngga punya tulang, numpang di punggung kita.. hahaha

Perjalanan di kereta juga mencerminkan gimana proses kita untuk mencapai tujuan itu. Kadang berhenti di stasiun, kita lelah dan ada godaan buat turun, yang pada akhirnya akan memperlambat kita mencapai tujuan yang sudah direncanakan, tapi menunda itu semua bukan berarti menghentikan kita. Kalau sudah siap kembali, kita akan punya tenaga penuh untuk melanjutkan tujuan semua. Stay positive!

Hingga pada akhirnya kita bisa sampai di tempat tujuan. Sesuatu yang kita inginkan akhirnya kesampaian. Namun sebenarnya itulah awal dari pola berikutnya. Ada lanjutan cerita hingga akhirnya kita berpulang pada-Nya.

see you in HEAVEN.

Thursday 21 August 2014

Jauh bau wangi. Dekat?

HELL.o

Di dalam pesawat, saya bersebelahan dengan seorang bapak setengah baya yang sedari awal penerbangan sibuk menunjuk-nunjuk layar sentuh yang ada dihadapannya. Hingga suatu waktu dia mengajak saya berdialog, menanyakan hendak kemana? Mau ngapain? Asalnya dari mana? Dan tidak ketinggalan apakah sudah berkeluarga? Pffft.

Mendengar jawaban saya, dia berujar seperti berikut. 
"Kalau training disana nggak usah dibagiin semua ilmunya, setengah aja mba". Mendengarnya saya jadi tertawa geli, yakali deh saya setengah-setengah jelasin aplikasi?

Sesampainya di tempat tujuan, saya menumpang pada sebuah taksi yang kebetulan dikendarai oleh penduduk asli. Pertanyaan yang hampir sama pun tergelincir dari ruang kemudinya. Dari mana? Mau ngapain? Apakah sudah berkeluarga? Saya hanya menjawab seperlunya dan diberi tambahan hahaha. Saya yang amat sangat ngantuk karena ikut penerbangan paling awal hari itu, benar-benar terbelalak ketika pak supir berkata dengan sinis, "terima kasih masih sudi mampir kesini".

Oh c'mon.. what is going on with this both guys?

**

Ada pepatah yang menyatakan bahwa tetangga adalah saudara yang paling dekat (sumber dari sini), tapi kadang karena terlalu dekat, malah menyebabkan adanya sensi-sensian. Not a good one, right?

Adanya kemiripan atau bahkan persamaan seharusnya membuat kita bisa bersatu. Perbedaan saja bisa bersatu, apalagi yang sama kan? Pernah dibayangkan nggak kalau kebersamaan tersebut akan membuat kita menjadi berkembang dan menghargai satu sama lain? Saling belajar dimana kekurangan masing-masing, sehingga yang lainnya bisa melengkapi. Membantu yang kekurangan dan mungkin dapat menolong yang sedang dalam kesulitan. Yah, kayak anak kembar gitu deh. hehehe.

Happy Independence :)
You two have a same birth month!


















see you in HEAVEN.

Tuesday 24 June 2014

Menuju Puncak! (3)

HELL.o

Melanjutkan cerita sebelumnya, malam itu riuh ramai tenda sekitar membuat kami terbangun. Udara saat itu rasanya nggak terlalu dingin (YA IYALAH, SAYA UDAH PAKE 2 LAPIS BAJU DAN CELANA PLUS JAKET BERBAHAN POLAR! hahaha gak santai abis..) sehingga saya pun siap keluar tenda, tidak lupa memakai headlamp. Waktu menunjukkan pukul 23.30 WIB. Persiapan kami sudah lengkap, tapi masih dicek kembali. Sepupu 2 yang akan membawa bahan logistik kami dalam satu carrier.

Beberapa orang sudah berjalan melewati tenda kami, rapi membentuk barisan. Biasanya jumlah mereka 5-10 orang. Team kami hanya 3 orang. Tapi kalau ditotal semua pendaki mungkin bisa jadi ratusan, atau ribuan. Oh my God.. banyak banget. Nggak kebayang, muat nggak yah itu puncaknya menampung kami?

Kami berdoa sebelum berangkat. Saya stretching sebentar sambil melihat orang lalu lalang. Tegang sekali rasanya. Ini pertama kali saya malam mingguan di gunung. Perasaan campur aduk juga. Tapi tekad sudah bulat, tujuan sudah di depan mata. Let's hit the rocks! HAHAHAHA GAYA LU!

25 Mei 2014
Pukul 00.01 kami selesai berdoa dan memulai perjalanan. Summit attack di Semeru memang harus dilakukan tengah malam gitu modelannya. Saya yang berbekal satu botol susu cokelat, sepanjang jalan komat kamit melafalkan puja puji kepada Allah. Semoga bisa sampai puncak. Aaaammiinn.

Perjalanan menanjak benar-benar menguras energi, tapi karena cuaca gelap dan dingin, saya tidak terlalu merasa kelelahan. Sesekali saya berhenti karena mengikuti grup depan. Kami tak tahu rute pendakian, jadi lebih aman jika mengikuti grup orang. Hehehe

Sampai lah di satu titik saat itu abu mulai turun, saya mulai mengenakan masker dan bernapas dari mulut. Udara dingin mulai menusuk. Baju lapis 3 ditembus hawa gunung. Saya berdoa agar asma tak kumat selama pendakian ini. Grup depan berhenti kembali. Saya pun berhenti. Sepupu 1 di depan saya bertukar tempat dengan saya dan menyarankan untuk jalan duluan. Kami memutuskan untuk mendahului grup depan.

Saya berada paling depan, berjalan setapak dengan pencahayaan dari headlamp saja. Arah menuju puncak juga bias, tak ada papan penunjuk, sayapun tak punya kompas. Ketika ada jalan bercabang, saya ragu untuk mengambil keputusan, akhirnya selalu bertanya ke sepupu di belakang, "yang mana nih?" dan ternyata jalan tersebut hanya dipisahkan satu pohon yang ujungnya tetap menjadi satu jalan, hahaha nggak leader banget ye gue..

Ketidakmahiran saya dalam mengambil keputusan ternyata berakibat fatal. Saya dihadapkan pada 3 gundukan tanah. Yang satu paling dekat dengan saya terlihat landai dan mudah didaki, yang kedua ada tumbuhan yang menutupi, dan yang ketiga agak ke kiri dan terlihat gelap sekali. Jelas saya pilih yang pertama. HAHAHA cari yang gampil aje.. Baru 100 meter berjalan, headlamp saya menyinari jalanan terjal, tiba-tiba saya ketakutan dan kembali bertanya kepada sepupu di belakang dengan suara serak, "ini kok gini ya jalanannya serem?" saya berhenti. Kami berhenti. Dengkul saya kok bergetar ya? Itu takutnya nggak main-main deh. asli.

"Salah mas, salah! Turun mas, jalannya yang sebelah sini!" Di belakang ada suara si Saip, temannya sepupu saya. Oh my God. Saya merasa bersalah sama grup, Huhuhu. Kami akhirnya mengikuti grup nya Saip dan kembali ke arah jalan yang bercabang 3. Ternyata ada kantong plastik merah yang menandakan itu, tapi saya lengah dan tidak melihat tanda itu.

Pendakian terus berlanjut, sesekali kami duduk untuk beristirahat dengan dihujani abu tipis. Hingga akhirnya sampailah di kaki gunung yang treknya batu, iya batu! Ramai sekali. Terlihat banyak pendaki lain yang "mengantre" untuk naik, ada juga yang beristirahat sambil menghadap ke bawah, beberapa temaram lampu mereka agak menyilaukan saya yang hendak naik.

Jujur saja, saya orangnya tidak sabaran. Ketika di depan sedang berhenti, ada kalanya saya menyalip dari kanan. Pikir saya treknya jelas kok, lebar dan ramai.. Jadi kenapa enggak? Tapi saya malah dimarahin sama sepupu, "lo jangan nyalip-nyalip gitu! Nanti kalau terlalu melebar malah nyasar!" hehehe ampuuun.. Dasar pendaki pemula ya, semangat masih berkobar-kobar!

Waktu menunjukkan pukul 01.30 dini hari, lha kok tau? iya, aku mbawa hempon. Hehehe ndak tau deh ini boleh ditiru apa enggak. Kami beristirahat sebentar. Pas saya lihat hempon, ternyata ada sinyal. Langsung lah saya kirim pesan via whatsapp buat mendokumentasikan ini. Kemudian saya sempat ambil foto pemandangan kota Malang dari hempon.

lha, kok gelap? iya kan malem.. ndak ada blitz nya.. HAHAHAHA maap ya

Sehabis ambil foto item dan minum susu cokelat, kami melanjutkan perjalanan. Batu semakin besar, beberapa kali ada batu menggelinding, saya jadi ada kesempatan buat teriak-teriak "BATU BATU" cailaaah, kek di adegan pilem ya maliiiih :p

Waktu menunjukkan pukul 05.00 WIB ketika ada siluet biru menyembul dari balik gunung yang saya rayapi, badan sudah nggak bisa berdiri tegak, saya merayap seperti cicak. Baterai hempon tinggal 15%, ketika mau ambil foto, tetiba hempon mati. HUHUHU. Sepupu 1 bilang, ayo sedikit lagi! Eh sepupu 2 mana ya? Ndak tau lah ya. Bisa jadi dia sedang membantu kawannya, biarlah.. toh dia anggota SAR. hihihi

Ketika menengadah ke atas, ada lampu kedap kedip warna merah, sepupu 1 bilang itu puncaknya. WAH SUDAH DEKAT! hahaha akhirnya kami bangkit lagi. Merayap lagi. Istirahat lagi. Bangun lagi, merayap dan istirahat. Begitu terus.. Kami berdua saling menyemangati. Kebetulan sepupu kena serangan fajar! Tetiba dia pingin BAB. Yah ampuuun..ini mungkin efek cireng pedas yang semalam. Perut saya juga tiba-tiba bergejolak, kalau ini sepertinya maag saya kumat terkena susu cokelat dingin. TAPI PUNCAK SEDIKIT LAGI KAKAAAK! Kami tak menyerah..



Alhamdulillaaaaahhh :)

Akhirnya kami sampai di puncak! Rasa lelah sudah terbayarkan. Senang sekali bisa sampai disini. Hempon saya nyala lagi dengan sisa batere tinggal 10% dan sempat mengabadikan beberapa moment sambil menunggu kedatangan sepupu 2 yang membawa minuman kemenangan, saya dan sepupu 1 duduk dan ngobrol. HAHAHA ini nih negeri di atas awan..

negeri di atas awan

sepupu gelisah :p

HELLo HEAVEN :)

Akhirnya sepupu 2 sampai puncak bersama teman dari grup lain, rupanya ada beberapa kejadian yang mereka alami, mungkin akan saya ceritakan di lain kesempatan ya. HEHE

Salam Lestari :)
see you in HEAVEN.